Tukar Takdir, Kisah Misteri Jatuhnya Sebuah Pesawat!
- byTIX ID Admin
- September 30, 2025

Jakarta Airways Penerbangan 79 lenyap tanpa jejak, dan ketika puing-puingnya ditemukan, Rawa (Nicholas Saputra) adalah satu-satunya yang selamat—sebuah keajaiban yang membawa serta luka fisik dan trauma psikologis yang mendalam. Rawa tidak hanya harus menghadapi kesendiriannya sebagai penyintas, tetapi juga tekanan untuk menjadi saksi kunci dalam investigasi jatuhnya pesawat. Beban ini semakin berat karena ia harus kembali ke kehidupan normal, yang kini dipenuhi bayangan dari orang-orang yang tidak kembali, dan pertanyaan-pertanyaan yang tak terucapkan dari keluarga korban yang mengharapkan jawaban. Kelangsungan hidupnya menjadi sebuah anomali yang memaksa Rawa untuk menjembatani jurang antara misteri kecelakaan dan kebutuhan emosional para keluarga yang berduka.

Peran Rawa sebagai penumpang tunggal yang selamat membawanya ke dalam pusaran emosi yang kompleks dari dua wanita yang hidupnya hancur oleh tragedi itu. Pertama, ada Zahra (Adhisty Zara), putri tunggal dari pilot yang menerbangkan pesawat nahas tersebut. Kehadiran Rawa memicu gabungan duka mendalam dan amarah yang meletup-letup dalam diri Zahra; ia mencari kebenaran tentang momen-momen terakhir ayahnya, sekaligus menyalurkan frustrasi terhadap satu-satunya orang yang melihat sang ayah hidup. Kedua, Dita (Marsha Timothy), istri dari seorang penumpang yang bertukar tempat duduk dengan Rawa sesaat sebelum penerbangan. Pertukaran nasib yang kejam ini menciptakan ikatan yang menyakitkan di antara mereka, di mana Dita melihat bayangan suaminya dalam diri Rawa, sementara Rawa terbebani oleh rasa bersalah yang tak terhindarkan atas takdir yang seharusnya bukan miliknya.

Hubungan Rawa dengan Zahra dan Dita bukan sekadar persaksian, melainkan jalinan rumit antara rasa bersalah, kemarahan, dan pencarian validasi atas kesedihan yang mereka rasakan. Bagi Rawa, interaksi ini adalah bagian dari penebusan yang harus ia jalani, sebuah upaya untuk memberikan penutup bagi orang-orang yang tak bisa ia selamatkan, meskipun ia sendiri masih hancur. Dinamika ini menempatkan Rawa pada persimpangan antara pahlawan yang selamat dan pemikul beban emosional para korban. Ketiganya dipaksa untuk berinteraksi di ruang yang sempit, di mana setiap percakapan mengupas lapisan trauma dan membawa mereka lebih dekat pada pertanyaan mendasar: bagaimana seseorang melanjutkan hidup ketika tragedi memilih untuk hanya menyisakan satu orang?